Seperti VIVAnews kutip dari Dailytech, 11 Agustus 2009, saat Kasyjanski menuju Rumah Sakit St. Francis di Roslyn, New York, untuk melakukan tes rutin, sekitar 90 persen pemeriksaan sudah dilakukan. Itu karena dokter telah mempelajari kondisi pasien dari informasi yang dikirim alat pacu jantung Wi-Fi tersebut kepada dokter melalui internet. Kasyjanski mengatakan, alat tersebut meningkatkan kepercayaan diri dan memudahkannya menjalani hidup.
Dr. Steven Greenberg, direktur Arrhythmia dan Pacemaker Center Rumah Sakit St. Francis, mengatakan, teknologi baru ini membantunya untuk merawat pasien dan tampaknya akan menjadi standar baru alat pacu jantung.
Greenberg menyebutkan, server dan monitor jarak jauh berkomunikasi sedikitnya satu kali sehari untuk mengunduh semua informasi relevan dan memberi peringatan pada dokter dan pasien jika sesuatu yang tidak normal terjadi.
“Jika sesuatu yang abnormal terjadi, kami punya sistem yang sangat rumit yang akan secara harfiah memanggil dokter yang bertanggung jawab pada pasien tersebut, pada pukul dua pagi kalau perlu,” kata Greenberg. Alat pacu jantung nirkabel produksi St. Jude Medical Inc. itu sendiri surah mendapat persetujuan otoritas makanan dan obat-obatan FDA pada Juli lalu.
Pada berbagai negara di dunia, terdapat 3 juta orang dengan alat pacu jantung, dan lebih dari 600.000 orang memasang alat pacu jantung tiap tahun. Greenberg mengatakan, teknologi nirkabel akan jauh lebih dikenal dalam perawatan pasien, dan bisa memberi waktu bagi dokter untuk lebih fokus pada kondisi pasien.
“Di masa depan, alat pacu jantung semacam ini mungkin tidak hanya diperuntukkan bagi pasien dengan detak jantung lemah, tapi juga bisa untuk memonitor tekanan darah tinggi, glukosa, atau gagal jantung,” harap Greenberg.
0 komentar:
Posting Komentar
Pengunjung Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar Maupun Salam Asololenya!!