VIVAnews - Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyempurnakan vaksin flu babi pertama yang resmi dan siap untuk didistribusikan pada September.
Pengujian vaksin pada manusia telah dilakukan beberapa lama yang diselenggarakan beberapa perusahaan farmasi secara serempak selama sekitar tiga minggu, dan sebagai pendahuluan untuk mengetahui keamanannya sebelum disebar ke pasaran.
Direktur penelitian vaksin dari WHO, Dr. Marie Paul Kieny yakin bahwa hasilnya tidak membahayakan. Pada pernyataannya yang dilansir di BBC, vaksin diciptakan menggunakan teknologi yang sudah dibuktikan aman untuk kesehatan.
“Kontrol kualitas pada vaksin ini sudah amat lebih baik dibandingkan 30 tahun lalu," Katanya, sambil menambahkan pernyataan bahwa WHO juga secara resmi mengawasi gelaja-gejala dari efek samping vaksin tersebut yang bisa membahayakan.
Namun, hal itu tidak termasuk reaksi obat, seperti sakit saat disuntik, demam, mual, diare, yang dianggap efek samping normal yang mungkin terjadi saat menjalani semua vaksin atau mengonsumsi obat. Jadi, diharapkan bagi yang ingin menjalani vaksin memberitahu riwayat kesehatannya.
Sejauh ini, pembuatan vaksin terbilang sangat lancar. “Kami tidak melihat adanya dampak membahayakan,” ujar Kieny.
Opini senada juga diumumkan pada situs resmi WHO. Hal ini meyakini semua keraguan tentang prosedur pembuatan serta efek samping obat. Yang pasti, dalam situs tersebut, para pengguna diharapkan menjalani vaksinasi di rumah sakit atau klinik yang terpercaya.
Di beberapa versi vaksin mengandung adjuvant, sebuah kandungan obat yang meningkatkan khasiat vaksin dengan komposisi aktif dan bisa menguatkan daya tahan tubuh. Masalahnya, adjuvant tidak terdaftar untuk dimasukkan ke dalam vaksin, di AS. WHO pun menyarankan agar negara lain dapat menggunakan kandungan tersebut dalam vaksin.
Dr. Kieny mengkonfirmasi vaksin yang mengandung adjuvant aman disuntikan pada ibu hamil dan anak-anak. Dan, vaksin akan segera diberikan lebih cepat pada tenaga medis, dan pasien yang menderita gejala flu babi.
Pengujian vaksin pada manusia telah dilakukan beberapa lama yang diselenggarakan beberapa perusahaan farmasi secara serempak selama sekitar tiga minggu, dan sebagai pendahuluan untuk mengetahui keamanannya sebelum disebar ke pasaran.
Direktur penelitian vaksin dari WHO, Dr. Marie Paul Kieny yakin bahwa hasilnya tidak membahayakan. Pada pernyataannya yang dilansir di BBC, vaksin diciptakan menggunakan teknologi yang sudah dibuktikan aman untuk kesehatan.
“Kontrol kualitas pada vaksin ini sudah amat lebih baik dibandingkan 30 tahun lalu," Katanya, sambil menambahkan pernyataan bahwa WHO juga secara resmi mengawasi gelaja-gejala dari efek samping vaksin tersebut yang bisa membahayakan.
Namun, hal itu tidak termasuk reaksi obat, seperti sakit saat disuntik, demam, mual, diare, yang dianggap efek samping normal yang mungkin terjadi saat menjalani semua vaksin atau mengonsumsi obat. Jadi, diharapkan bagi yang ingin menjalani vaksin memberitahu riwayat kesehatannya.
Sejauh ini, pembuatan vaksin terbilang sangat lancar. “Kami tidak melihat adanya dampak membahayakan,” ujar Kieny.
Opini senada juga diumumkan pada situs resmi WHO. Hal ini meyakini semua keraguan tentang prosedur pembuatan serta efek samping obat. Yang pasti, dalam situs tersebut, para pengguna diharapkan menjalani vaksinasi di rumah sakit atau klinik yang terpercaya.
Di beberapa versi vaksin mengandung adjuvant, sebuah kandungan obat yang meningkatkan khasiat vaksin dengan komposisi aktif dan bisa menguatkan daya tahan tubuh. Masalahnya, adjuvant tidak terdaftar untuk dimasukkan ke dalam vaksin, di AS. WHO pun menyarankan agar negara lain dapat menggunakan kandungan tersebut dalam vaksin.
Dr. Kieny mengkonfirmasi vaksin yang mengandung adjuvant aman disuntikan pada ibu hamil dan anak-anak. Dan, vaksin akan segera diberikan lebih cepat pada tenaga medis, dan pasien yang menderita gejala flu babi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pengunjung Yang Baik Selalu Meninggalkan Komentar Maupun Salam Asololenya!!